Kemudian, 70 Mahasiswa S1 dari 45 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia yang menerima bantuan dana riset selanjutnya akan mendapatkan pelatihan, coaching clinic, serta bimbingan dari Tim Pakar IRN. Bantuan dana riset IRN diberikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, dan penyerahannya ditandai dengan penandatanganan MoU secara simbolis.
“Semoga para penerima bantuan dana menghasilkan riset pangan fungsional yang menginspirasi dan berperan penting dalam upaya pengembangan sistem pangan serta diversifikasi pangan yang berkelanjutan. Semua ini merupakan langkah penting menuju masa depan Indonesia yang lebih maju, dengan memanfaatkan kearifan lokal,” kata Franciscus.
Suaimi kembali menjelaskan bahwa pangan fungsional adalah pangan yang melebihi peran utamanya sebagai sumber energi dan gizi. Pangan ini juga harus berkhasiat tertentu yang dapat berkontribusi signifikan pada peningkatan kesehatan masyarakat.
“Ini menggambarkan visi kami untuk pangan yang tidak hanya memberi kebutuhan dasar, tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan umum,” terangnya.
Dia menekankan, situasi di Indonesia menuntut upaya pencarian alternatif sumber pangan baru, baik melalui usaha individu maupun kolaboratif. Hal ini terutama berlaku untuk komoditas pangan dan pakan yang masih belum dapat terpenuhi secara mencukupi dari sumber-sumber dalam negeri.
“Dalam menghadapi tantangan ini, perlu inovasi dan kerja sama yang kuat untuk mencari solusi yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Suaimi.