Bukan Modal, Tantangan Terbesar Pertumbuhan Brand Lokal Ternyata Kualitas Sumber Daya Manusia

Dengan informasi itu, menurutnya, keberadaan e-commerce semakin menegaskan bahwa memiliki bisnis merek lokal kini tidak lagi memerlukan modal besar. Hanya dalam waktu 30 menit, siapa pun dapat membuka toko online secara gratis dan mencapai jutaan calon konsumen di Indonesia.

Achmad kemudian bercerita, sepuluh tahun lalu, kemunculan merek lokal baru lebih cenderung didominasi oleh produk fashion, karena proses produksinya lebih mudah dan modal yang diperlukan relatif lebih kecil dibandingkan dengan kategori lainnya. Keterjangkauan dalam berbisnis merek fashion menyebabkan bertambahnya jumlah pemain di industri ini, sehingga persaingan menjadi sangat sengit. Dampaknya, merek lokal bersaing untuk menarik perhatian konsumen dengan diskon dan perang harga.

Hal ini kemudian menyebabkan pergeseran preferensi bisnis dari kategori fashion ke kategori lain, seperti kecantikan dan kesehatan, yang membutuhkan modal lebih besar dan proses yang lebih panjang dibandingkan dengan fashion. “Di industri kecantikan dan kesehatan, terdapat hambatan masuk yang lebih sulit. Harapannya, persaingan dapat lebih teratur dan margin keuntungan pun menjadi lebih stabil,” ungkap Achmad.

Berdasarkan data internal Hypefast per Juni 2023, laba kotor rata-rata untuk merek fashion lokal berada pada kisaran 42 persen, dengan persentase pelanggan berulang setiap bulannya mencapai 32 persen. Sedangkan untuk merek kecantikan dan kesehatan, laba kotor rata-rata mencapai hingga 65 persen, dengan persentase pelanggan berulang mencapai 58 persen.

“Perbedaan yang cukup signifikan dalam laba kotor ini memberikan motivasi besar bagi pelaku bisnis lokal, sekaligus menjelaskan munculnya semakin banyak merek lokal kecantikan dan kesehatan belakangan ini,” ucap Achmad.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *