Bagaimana Seniman Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman?

Seniman visual Syaura Qontrunadha menyebut tidak pernah berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman karena dirinya juga beraktivitas seperti masyarakat umumnya. “Karena mau enggak mau pasti ada di dalamnya,” kata Syaura kepada Aqilahnews.com, Selasa, 21 November 2023.

“Yang saya lakukan sebagai seniman adalah memindahkan dan merespons pengalaman-pengalaman tersebut, termasuk mengadaptasi alat-alat yang kita pakai sehari-hari ke dalam karya,” tambahnya.

Tak dipungkiri beriring dengan kemajuan teknologi juga memengaruhi diri dalam berkarya. Saat ini segala hal yang serba digital, dikatakannya mempermudah kerja banyak orang, termasuk dirinya.

“Belum lagi kalau punya ide pengen bikin karya pakai sensor-sensoran, kinetik dan bikin karya interaktif. Dulu mungkin harus kontak si mas insinyur A, atau cari tukang-tukang yang bisa ngoprek elektronik. Kalau sekarang tinggal cari di Google dan YouTube, seenggaknya udah dapet pengantar konsep bikinnya,” lanjutnya.

Perempuan kelahiran 1992 ini menyebut isu yang dilihatnya secara langsung dan alami akan diangkat dalam inspirasi karya. “Waktunya kapan? belum tentu linear,” lanjutnya.

Seniman yang tengah menempuh studi Master Fine Art di Goldsmiths, University of London ini mengungkapkan seringkali apa yang dialami kini, sebenarnya telah pernah terjadi mungkin puluhan atau ratusan tahun lali dengan format berbeda. “Kebetulan saya bukan termasuk seniman yang reaktif karena selalu ada keinginan untuk membaca lebih dalam suatu isu baik dari perspektif masa lalu, ataupun sekadar dengar pendapat dari teman-teman yang latar belakang bidangnya berbeda jauh sama saya saat ini,” terangnya.

Syaura menambahkan, “Dengan harapan apa yang kemudian saya sampaikan lewat karya setidaknya bisa menjadi sesuatu yang informatif atau solutif. Tentu saja ini butuh proses mencerna yang lumayan panjang karena kadang beberapa isu hanya baru bisa diproses dengan baik jadi karya setelah kita melewati fase hidup tertentu.”

Perupa asal Daerah Istimewa Yogyakarta ini sebelumnya berhasil jadi salah seorang finalis VH Award ke-4, penghargaan yang diprakarsai Hyundai Motor Group dalam mengapresiasi perupa media di Asia dari ragam latar belakang yang mengeksplorasi karya dengan media baru. Syaura menyuguhkan karya bertajuk “Fluidity of Future Machines (Ketidakstabilan Mesin Masa Depan) (2021)”. Karyanya terangkum dalam video kanal tunggal berdurasi 12 menit dan tiga detik.

Ia mengeksplorasi hubungan antara air dan migrasi makhluk hidup yang dapat disaksikan melalui mikroskop. Bukan hanya itu, ia juga menyertakan beragam elemen dan sentuhan dalam karyanya, termasuk penggalan sejarah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *