Bahasa Indonesia Resmi Diajukan Sebagai Bahasa di Sidang Umum UNESCO

Setelah mengikuti mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia, Dobrin mengaku bahwa kecintaannya pada Bahasa Indonesia mengantarkannya untuk membulatkan tekad mendaftar kuliah S2 Ilmu Hubungan Internasional di Fisipol UGM pada tahun 2019. Bahkan setelah lulus master, ia pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 di prodi Antropologi FIB UGM.

“Sampai sekarang saya tidak pernah menyesal mengambil Bahasa Indonesia, banyak peluang membuat saya bisa berkembang, saya sangat bersyukur,” ungkapnya.

Sementara Andrew Mulabbu (40 tahun) asal Uganda mengaku mulai mengenal Bahasa Indonesia sejak 2008 karena mendapat beasiswa Gerakan Non Blok untuk melanjutkan Pendidikan S2 di program studi Penginderaan Jarak jauh Fakultas Geografi UGM. Saat itu ia belum fasih Bahasa Indonesia sehingga diharuskan untuk mengikuti kursus Bahasa Indonesia selama satu tahun di INCULS UGM.

“Saya masih ingat membawa kamus tebal Bahasa Indonesia kemana-mana,” kenang mahasiswa S3 program studi Geografi UGM ini.

Sedangkan Anne Harvey (71 tahun), wanita asal Amerika Serikat, mengaku datang jauh-jauh ke UGM karena ingin belajar dan fasih berbicara Bahasa Indonesia. “Kalau mereka (mahasiswa asing) belajar bahasa karena ingin kuliah, kalau saya memang betul mau belajar bahasa,” katanya.

Awal kedatangannya ke UGM tahun 2015, Anne mengaku senang banyak rekan mahasiswa dan dosen di UGM yang berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengannya. Tapi begitu, ia tetap ingin mereka mengajarkan padanya berbicara Bahasa Indonesia.

“Semua orang mau berbicara Bahasa Inggris, mereka mau latihan Bahasa Inggris, tentu saja, saya juga mau belajar Bahasa Indonesia. Terima kasih banyak untuk ini, saya bisa latihan bahasa di sini,” sebutnya.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *