Dhianita menggarisbawahi kembali pentingnya kolaborasi antara seniman dan penulis, memberikan panggung kepada penulis yang mungkin terlupakan dalam sejarah.
“Jika kita hanya bergantung pada penelitian, hasilnya mungkin hanya termanifestasi dalam artikel yang mungkin tidak banyak dibaca oleh banyak orang. Namun, melalui pameran seni, kita dapat menghadirkan narasi secara visual, membuatnya lebih menarik bagi generasi muda yang lebih suka pendekatan visual,” jelas Dhianita.
Mengenai forum ASEAN-KOREA ini, Dhianita melihatnya sebagai peluang untuk membangun koneksi melalui sejarah bersama. “Sebagaimana kita mungkin memiliki sejarah bersama, di Korea mungkin juga ada tokoh-tokoh yang sama terlupakan. Dengan bekerja sama dalam forum ini, kita dapat bersama-sama menggali dan memperkuat kembali narasi-narasi yang telah terlupakan atau tidak terangkat secara memadai dalam sejarah kita masing-masing,” paparnya.
Sementara itu, tidak hanya sebagai forum budaya, penyelenggaraan forum ini juga menjadi perayaan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Korea Selatan, memberikan dimensi sejarah yang kuat pada acara tersebut. Melalui diskusi, pameran seni, dan tema yang dipilih, acara ini mencerminkan komitmen untuk memperkuat dan merayakan keterlibatan budaya antara kedua kawasan.
Pada kesempatan yang sama, Kilhwa Jung menyatakan bahwa ASEAN-KOREA Innovative Culture Forum 2023 diadakan sebagai momentum untuk membentuk fondasi pertumbuhan bagi negara-negara ASEAN dan Korea Selatan di berbagai bidang.
“(Forum ini) dilakukan sebagai langkah awal untuk mendorong pertumbuhan bersama di sektor ekonomi, teknologi, dan industri, acara ini bertujuan untuk menggalang pertukaran budaya dan seni antara Korea dan ASEAN,” ucap Kilhwa dalam sambutannya.