Festival Film Imaji Tari, Ruang Kolaborasi Sineas dan Para Koreografer yang Dinamis

Ia juga mengungkapkan bahwa penting untuk lebih sering mendiskusikan tari. Ia beralasan walaupun tidak semua orang pada akhirnya menjadi penari, setiap orang sebetulnya mengalami tarian dalam keseharian hidup.

“Dalam keseharian kita, misalnya kita pakai busway ke mana-mana itu sebetulnya kita sedang mengalami tari dari konteks perkotaan, lalu kemudian tubuh kita dikoreografi oleh Kota Jakarta ini. Itu sebetulnya adalah koreografi karena tubuh kita diarahkan dan diatur,” tutur Josh.

Sementara, JICON 2023 dilaksanakan di beberapa titik, bukan hanya di satu panggung utama. “Agar pembicaraan mengenai tari tidak hanya terjadi di Komplek Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian Jakarta, tapi kemudian kita bisa muncul di UI dan dibicarakan oleh para mahasiswa, di Kalipasir, dan jadi pembicaraan warga setempat,” ia menjelaskan.

Hal-hal yang sporadis ini punya arti yang lebih dan luar biasa untuk JICON 2023. “Harapan setelah JICON 2023 dilaksanakan, perbincangan ini bisa kita gulirkan, kita tajamkan bersama-sama, dan saya percaya JICON 2023 tidak hanya perlu menjadi selebrasi yang hanya selesai pada 18 November 2023, tapi JICON 2023 adalah pergerakan bersama,” katanya.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *