Jakarta Coffee Week 2023 Digelar di Tangerang, Kesempatan Berbagi Ilmu hingga Belajar Melukis Pakai Ampas Kopi

“Kemudian, mewakili budaya kopi Indonesia, kita punya banyak sekali budaya kopi dari Aceh sampai Papua, cara minumnya berbeda-beda. Nanti kita bawa dua dari setiap banyak budaya kopi Indonesia. Pertama adalah kopi Jos dari Jogja, yang kopinya dimasukin air panas gitu, dan kemudian satu lagi budaya nyethe dari Tulungagung,” jelasnya.

Hendri menjelaskan bahwa kata “cethe” dalam bahasa Jawa berarti ampas kopi. Sementara, “nyethe” adalah proses melukis menggunakan ampas kopi tersebut. Di Tulungagung, melukis dengan teknik ini biasanya digunakan untuk menghias batang rokok.

“Untuk Jakarta Coffee Week, kita akan mengundang dua seniman cethe dari Tulungagung untuk memberikan demonstrasi langsung. Mereka telah menyiapkan beberapa karya seni, pengunjung juga bisa ikut melukis,” katanya.

Selain itu, Hendri menekankan bagaimana penjajahan, meskipun memiliki sisi gelap, juga membawa dampak positif bagi Indonesia dalam hal pengenalan kopi. Faktanya, kopi jawa pernah menjadi produsen terbaik dan terbesar di dunia, meski kini berada di posisi keempat.

“Bahwa kita adalah produser terbaik nomor 1 di dunia, tapi akhirnya banyak hal yang membuat kita sekarang berada di posisi 4. Jadi, kita sudah di bawah Brazil, Vietnam nomor 2, kemudian Kolumbia, lalu Indonesia,” ucapnya. Hendri menyampaikan bahwa tahun ini, produksi kopi Indonesia menurun jauh karena iklim.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *