Jembatan sepanjang 188 meter memungkinkan akses ke situs tersebut. Candi ini dicapai dengan melewati tiga galeri yang masing-masing dipisahkan oleh jalan beraspal.
Dinding candi ditutupi pahatan relief dengan kualitas sangat tinggi, melambangkan dewa-dewa Hindu dan pemandangan Khmer kuno, serta pemandangan dari Mahabharata dan Ramayana. Setelah masyarakat Cham di Vietnam modern menjarah Angkor pada 1177, Raja Jayavarman VII (memerintah tahun 1181–c. 1220) memutuskan bahwa dewa-dewa Hindu telah mengecewakannya.
Ketika ia membangun ibu kota baru di dekatnya, Angkor Thom, ia mendedikasikannya untuk agama Buddha. Setelah itu, Angkor Wat jadi kuil Buddha, dan banyak ukiran serta patung dewa Hindu digantikan oleh seni Buddha.
Pada awal abad ke-15, Angkor terbengkalai. Namun, para biksu Buddha Theravada tetap mempertahankan Angkor Wat, yang tetap jadi situs ziarah penting dan terus menarik pengunjung Eropa. Angkor Wat “ditemukan kembali” setelah rezim kolonial Perancis pada 1863.
Pada abad ke-20, berbagai program restorasi dilakukan, namun terhenti karena kerusuhan politik yang melanda Kamboja pada 1970-an. Ketika pekerjaan dilanjutkan pada pertengahan 1980-an, perbaikan yang diperlukan sangat besar.
Beberapa bagian harus dibongkar dan dibangun kembali. Pada 1992, kompleks Angkor, termasuk Angkor Wat, ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO dan segera ditambahkan ke daftar Warisan Dunia dalam Bahaya.
Pada tahun-tahun berikutnya, upaya restorasi meningkat, dan Angkor dihapus dari daftar bahaya pada 2004. Saat ini, Angkor Wat adalah salah satu kuil ziarah terpenting di Asia Tenggara dan objek wisata populer.