Brand jam tangan juga memengaruhi nilainya di masa depan. Ia menyebut empat andalan, yakni Rolex, Audemars Piguet, Richard Mille, dan Patek Philippe. Sementara, Umi menambahkan Omega dan Cartier dalam daftar brand menguntungkan.
Sejauh ini, kolektor jam tangan mewah diakui masih didominasi kalangan milenial, meski tak menutup kemungkinan bagi Gen Z untuk meliriknya. “Cuma untuk umur 20an itu tidak begitu passion dengan jamnya. Ketika dipake, tetap lihat harga ya,” kata Anton.
Terlebih, jam tangan menjadi salah satu pembuktian diri seseorang kepada lingkungan sekitarnya. Biasanya, kaum pria mengapresiasi pencapaiannya dengan membeli jam tangan mewah.
“Jam itu kadang menunjukkan jati diri, selain model, orang yang ngerti jam juga hapal (nilainya). Kan ada quote, contact wrist before contact eye. Sebelum lihat orangnya, lihat jamnya dulu,” dia menambahkan.
Sementara, JWX sudah memasuki tahun ke dua penyelenggaraan. Pihaknya berharap pameran jam tangan mewah yang mempertemukan puluhan dealer dan para kolektor itu tidak hanya akan berlangsung di Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar lainnya. Sejauh ini yang menunjukkan minat adalah Medan dan Surabaya.
“Di show jam terakhir, kita berhasil jual 300an item. Tahun ini diharapkan double ya,” katanya.