Bicara mengenai iklim, Vinda Damayanti, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan beberapa poin krusial terkait dampak sektor limbah terhadap perubahan iklim. Ia menekankan pentingnya menjaga agar kenaikan suhu tidak melebihi 1,5 derajat Celcius, dengan mempertimbangkan bahwa sektor limbah berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.
“Pada tahun 2010, sektor ini menyumbang sebanyak 82 juta ton CO2 setara, dan perkiraan untuk tahun 2030 mencapai 296 juta ton emisi CO2 setara. Dengan melibatkan upaya berkelanjutan, potensi pengurangan emisi sebesar 253 juta ton atau 1,4 sampai 1,5 persen dapat dicapai,” tutur Vinda.
Pada 2022, jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 69,2 juta ton, dengan komposisi 41 persen berasal dari sampah makanan, 18,6 persen dari sampah plastik, dan 10,7 persen dari sampah kertas. Ini menggambarkan urgensi dalam penanganan sampah, terutama dalam hal pengelolaan limbah makanan dan plastik.
Produsen (perusahaan) sebenarnya diwajibkan menyusun roadmap 2020–2030 untuk mengurangi sampah, terutama plastik. Lebih dari 115 perusahaan telah mengajukan roadmap, dan dari jumlah tersebut, 16 perusahaan, sebagian besar merupakan perusahaan multinasional, telah berhasil menerapkannya. Namun, angka itu masih jauh dari jumlah perusahaan atau bisnis yang beroperasi di Indonesia.
“Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mendorong produsen dan pemerintah, terutama dari teman-teman di sini yang merupakan generasi Z. Gen Z juga perlu memberikan dorongan dari luar kepada produsen melalui gaya hidup berorientasi pada pengurangan sampah,” pungkasnya.