McDonald’s di Timur Tengah Saling Sikut karena Perang Israel-Hamas, Salah Satu Cabang Sumbang Rp1,5 Miliar ke Gaza

McDonald’s, yang didirikan pada 1940 di San Bernardino, California, dengan cepat berkembang jadi simbol budaya dan kuliner Amerika. Namun, saat menyebar ke seluruh dunia, mereka menemui berbagai adaptasi lokal, tidak hanya dalam menu, tapi juga cara berbisnis.

Faktanya, banyak restoran McDonald’s di seluruh dunia dimiliki dan dioperasikan pengusaha lokal yang memahami dinamika dan budaya setempat. Rantai cepat saji itu bahkan sering kali dipandang sebagai barometer stabilitas ekonomi suatu negara.

Restoran tersebut sering kali ditarik ke dalam persengketaan geopolitik, terutama ketika berurusan dengan negara-negara yang berada dalam keadaan konflik atau ketegangan. Konsep “Teori Golden Arches tentang Pencegahan Konflik” sempat menarik banyak perhatian.

Itu merupakan pendekatan menarik untuk memahami dunia global yang semakin terintegrasi. Namun, sebagaimana dikemukakan dalam konflik terkini, teori ini memiliki keterbatasan. “Kita tentu saja berada di era setelah ‘Teori Pencegahan Konflik Golden Arches,'” kata Paul Musgrave, seorang dosen ilmu politik di Universitas Massachusetts Amherst.

“Walau pada 2022, baik Rusia maupun Ukraina mempunyai gerai McDonald’s, konflik antara mereka tetap terjadi. Saat ini, perselisihan yang melibatkan jaringan McDonald’s menunjukkan refleksi dari ketegangan nyata di kawasan itu,” ia menambahkan.

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *