Edukasi publik, menurut Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani, sangat penting. Pasalnya, pihaknya yakin 99,99 persen bahwa karhutla disebabkan manusia.
“Ada (orang) yang iseng, ada juga yang sengaja bakar hutan dan lahan untuk keuntungan finansial. Sebagaimana kita tahu, buka lahan dengan cara membakar itu jauh lebih murah,” tuturnya di kesempatan yang sama. “Selain, El Nino juga memperburuk dampak karhutla.”
Ia melanjutkan, “Pemerintah telah melakukan berbagai upaya, termasuk pencegahan, penguatan patroli, penegakan hukum secara tegas, baik melalui sanksi administratif maupun gugatan pengadilan, memperbaiki ekosistem gambut dan ekosistem terkait, dan yang terbaru, kami mulai memodifikasi cuaca.”
Dengan terus konsisten menjalani langkah-langkah tersebut, pihaknya berharap angka hot spot dan luas area terbakar akan terus turun. “Kerugian karhutla ini banyak sekali, dan tidak hanya dihitung secara ekonomi. Kebakaran menyebabkan terancam, bahkan hilangnya keanekaragaman hayati. Belum lagi bicara dampak kesehatan,” sebut Rasio.
Berdasarkan data yang mereka himpun, kasus karhutla tahun ini turun dibandingkan 2019, yang juga dipengaruhi el nino. “Tahun 2019,” Rasio berkata. “Ada 26.636 hot spot dan 1,6 juta hekatare lahan terbakar. Tahun ini, hot spot 9.018 hot spot, sementara luas area terbakarnya 642 ribu hektare.”