Al-Qudra menyebut, “Staf Rumah Sakit Indonesia bersikeras tinggal untuk merawat (korban) yang terluka. Ada sekitar 700 orang, termasuk staf medis dan orang yang terluka, di dalam rumah sakit.”
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan telah kehilangan kontak dengan tiga sukarelawan Indonesia di rumah sakit tersebut, yang merupakan bagian dari kelompok pendiri fasilitas medis itu pada 2016 dengan pendanaan dari negara.
Marwan Abdallah, seorang pekerja medis di Rumah Sakit Indonesia, mengatakan bahwa tank-tank Israel beroperasi kurang dari 200 meter dari rumah sakit. Sementara itu, penembak jitu Israel terlihat di atap gedung-gedung di dekat fasilitas media tersebut.
Pekerja medis lain mengatakan pada Al Jazeera bahwa penembakan dilakukan secara intens dan tidak pandang bulu di gedung rumah sakit, di pintu masuk, dan di jendela. Menurut petugas medis, semua orang di rumah sakit telah berkumpul di tengah gedung utama.
Sejak serangan udara Israel meletus pada 7 Oktober 2023, Rumah Sakit Indonesia telah menampung ratusan pengungsi. Lokasinya juga dekat dengan kamp pengungsi Jabalia.