Pada akhir 2014, terjadi pertentangan serius dalam koalisi pemerintah mengenai masalah anggaran dan undang-undang kontroversial yang akan mengukuhkan status Israel sebagai negara Yahudi. Akibatnya, pada bulan Desember, Netanyahu mengeluarkan Tzipi Livni dan Yair Lapid dari kabinet, yang memicu pemilihan umum awal yang dijadwalkan pada bulan Maret 2015.
Tegangan baru muncul dalam hubungan antara Netanyahu dan mantan Presiden AS, Barack Obama, yang sebelumnya sudah tegang akibat perbedaan pendapat mengenai negosiasi dengan Palestina. Ini terjadi pada 2014, ketika Netanyahu secara terbuka mengkritik kebijakan Iran yang diterapkan oleh pemerintahan Obama.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan isu nuklir Iran melalui perundingan internasional. Netanyahu berpendapat bahwa setiap bentuk kompromi akan membuka pintu bagi Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, dan sebagai gantinya, ia mendukung pemeliharaan sanksi terhadap Iran.
Beberapa waktu kemudian, Netanyahu diinvestigasi dalam empat kasus berbeda yang mencakup tuduhan suap dan bentuk korupsi lainnya yang diduga dilakukan oleh Netanyahu dan orang-orang terdekatnya. Pada Februari 2018, polisi Israel mengumumkan bahwa mereka memiliki cukup bukti untuk merekomendasikan tuduhan suap dan penipuan dalam dua kasus.
Dalam kasus pertama, Netanyahu diduga memberikan hadiah-hadiah kepada pihak lain sebagai imbalan atas bantuan politik, termasuk cerutu mahal, sampanye, dan perhiasan. Dalam kasus ini, Yair Lapid, seorang saingan politik Netanyahu yang sebelumnya adalah mitra koalisi, menjadi saksi kunci.