Regenerasi Motif Batik Indonesia Mengikuti Perkembangan Zaman dan Gaya Hidup

Setelah cukup lama belajar tentang batik, Dian mencoba mengombinasikan pengalaman kerjanya di luar negeri. Ia ingin membuat batik menjadi produk yang wearable dengan merangkul pasar lebih luas terutama kalangan muda.

Hal ini juga dilatarbelakangi pandangan Dian tentang batik yang dibuat oleh ibu dan neneknya masih terkesan berat, tua karena motifnya penuh, dan terkesan formal, meski cocok saja untuk generasi yang menyukai desain klasik. “Saya melihat anak-anak muda ini kalau ke luar melihatnya brand zara, maunya batik seperti brand ini. Saya lalu merektut desainer motif, mengombinasikan ide ini jadi sesuatu yang lebih kekinian,” cerita Dian.

Uniknya meski motif baru, Shiroshima Indonesia Meski tetap mengambil inspirasi sarat makna filosofis bagi kebudayaan Jawa yaitu Ratu Shima penguasa Kerajaan Kalingga di pantai utara Jawa Tengah. Sosok Ratu Shima inilah yang juga menginspirasi nama Shirosmima, dengan gabungan dua suku kata bahasa jawa yaitu shiro (kamu) dan shima (Ratu Shima) dari kerajaan kalingga. 

Mulanya, Dian pun hanya membuat koleksi ready-to-wear untuk wanita, di mana melalui rancangan busana batiknya wanita Indonesia bisa mengambil insiprasi Ratu Shima dengan kewibawaan, kecerdasan serta tetap mengayomi keluarga dan masyarakatnya kala itu.

“Motif yang kita buat terinspirasi Ratu yang pertama kali menjabat di kerajaan, dia sangat sukses di pertanian dan perdagangan. Koleksi pertama kami banyak segi argicultural, ada motif buah kecapi, padi, banyak adopsi juga dari Jepang dengan teknik jelujur Jepang,” paparnya.

“Kita mengkombinasikan ini, kita jadikan untuk motif di shiroshima itu,” lanjutnya.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *