Mari Merangkai Bunga Seroja (MMBS) muncul sebagai ikon baru dalam dunia kuliner Bandung, berfokus pada sajian khas Sunda yang dikemas dalam sentuhan modern. Keunikan MMBS tak hanya berada pada sajian masakannya saja, tetapi juga pada konsep serta misinya.
Faza mengatakan misi utama dari didirikannya MMBS ini adalah ingin memperkaya gastronomi Sunda. “Gastronomi Sunda adalah gaya memperkaya hidangan asli masyarakat Sunda di Kawasan Tatar Sunda. Kokinya orang Sunda, mereka suka makanan Sunda. Kami ingin sekali mewakili kuliner dan gastronomi Sunda ke dalam lanskap kuliner modern,” ujar Faza.
Faza juga mengatakan bahwa MMBS mengusung konsep “tasting menu” atau menu pencicipan alih-alih menyajikan menu a la carte seperti biasa. Alasannya, dengan menu pencicipan, koki memiliki kebebasan yang lebih besar untuk mengeksplorasi dan berinovasi dengan bahan-bahan otentik yang jarang tersedia di pasar konvensional serta menerapkan teknik memasak khas yang kompleks.
“Dengan menu pencicipan, pengunjung mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi beragam rasa, teknik, dan bahan dalam satu kesempatan makan yang terintegrasi,” katanya.
Dalam konteks negara maju, berdasarkan pengamatan Faza dan teman-teman, menikmati menu pencicipan biasanya lebih ekonomis bagi warganya, mendorong persaingan industri yang lebih sehat dan memperkaya budaya kuliner. Sebaliknya, di negara berkembang, meski menu pencicipan bisa jadi lebih premium, hal ini bisa meningkatkan daya tarik bagi konsumen internasional dan memajukan sektor ini.
“Di MMBS, kami menetapkan rentang harga antara 14 dolar sampai 20 dolar AS (setara dengan Rp218 ribu hingga Rp311 ribu), yakni sekitar 0,3 persen hingga 0,5 persen dari PDB per kapita, yang setara dengan standar di negara maju. Harga ini ditujukan agar dapat terjangkau oleh warga Bandung maupun seluruh Indonesia, menawarkan pengalaman makan premium,” tambahnya.