“Bahaya plastik terhadap kesehatan manusia mungkin belum mendapatkan eksposur yang cukup. Plastik dalam air memiliki beragam dampak kesehatan yang mungkin termasuk penyakit seperti kanker, tumor, dan masalah kesehatan lainnya,” tutur Aditya.
Menurutnya, sampah plastik harus dianggap sebagai masalah kesehatan, bukan hanya sebagai isu lingkungan semata yang perlu ditangani. Robby Irfani Maqoma, editor lingkungan The Conversation Indonesia menambahkan agar perlu mengatasi “gap” wacana polusi plastik di Indonesia.
“Upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah sampah plastik masih terbatas, karena tindakan yang mereka lakukan cenderung bersifat lokal dan belum menemukan alternatif yang dapat menggantikan plastik,” paparnya.
Peran jurnalis, sambung dia, menjadi sangat penting dalam mendorong perubahan. Dikatakan, mereka dapat berperan sebagai advokat di tingkat hulu dan tengah, membantu mengidentifikasi masalah, menginformasikan publik, dan memicu tindakan.
“Selain itu, jurnalis juga berperan dalam komunikasi risiko terkait polusi plastik di tingkat hilir,” sampainya. Mengapa advokasi? Karena upaya ini bertujuan untuk mencegah pembebanan tanggung jawab yang berlebihan pada konsumen, yang pada akhirnya dianggap sebagai “korban” dalam permasalahan ini.