Warga Yahudi di Eropa Kutuk Serangan Israel di Gaza, Sebut Pembantaian Israel Lebih Besar dari Hamas

Ofir menyebut, mereka mewakili minoritas vokal Yahudi yang terus memperjuangkan hak-hak masyarakat yang telah hidup di bawah pendudukan Israel selama beberapa generasi, yaitu masyarakat Palestina, sama seperti yang mereka alami selama beberapa dekade.

“Israel mengklaim orang-orang Yahudi sebagai aset nasionalnya, dan mereka mempersenjatai kita, sebagai orang Yahudi – baik sebagai badan dalam pertarungan demografis melawan non-Yahudi dan khususnya orang Palestina, dan secara ideologis sebagai perwakilan negara Yahudi – (dan) berupaya untuk melakukan hal itu terhadap orang-orang Yahudi di seluruh dunia,” kata Ofir kepada Al Jazeera.

Ia menambahkan, klaim tersebut pada gilirannya, menjadikan orang Yahudi sebagai tameng manusia bagi negara, ketika mereka menyerang warga Palestina di bawah agenda penjajah pemukim, baik melalui pembersihan etnis yang sedang berlangsung, melalui pengepungan, atau melalui pembantaian musiman. 

Naama Farjoun sebagian besar dibesarkan di Yerusalem, namun telah lama menggambarkan dirinya sebagai seorang Yahudi anti-Zionis. Pada Januari 2001, dia meninggalkan Israel, hanya beberapa bulan setelah pecahnya Intifada kedua. Saat ini, pria berusia 54 tahun itu tinggal di pinggiran Valencia, Spanyol.

“Saya meninggalkan (Israel) karena saya tidak sanggup menanggung beban menjadi warga negara (Israel) yang memiliki hak istimewa di negara yang rasis,” kata ibu dua anak ini, yang mengatakan bahwa dia setiap hari marah dengan “pendudukan Israel dan diskriminasi terhadap warga Palestina “.

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *