Russell mengatakan bahwa 1.200 anak lainnya diyakini masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom atau belum ditemukan. “Selain bom, roket, dan tembakan, anak-anak Gaza berada pada resiko ekstrem akibat kondisi kehidupan yang sangat buruk,” tambah Russell.
“Satu juta anak atau seluruh anak di wilayah ini kini mengalami kerawanan pangan dan menghadapi krisis gizi yang bisa menjadi bencana besar,” ungkap Russel. UNICEF memperkirakan bahwa kekurangan gizi akut pada anak-anak dapat meningkat hampir 30 persen di Gaza dalam beberapa bulan ke depan.
Saat berpidato di Dewan Keamanan PBB, Natalia Kanem, kepala Dana Penduduk PBB, menyoroti penderitaan perempuan hamil di Gaza, dengan sekitar 5.500 orang diperkirakan akan melahirkan bayi dalam kondisi yang memprihatinkan pada beberapa bulan mendatang.
“Pada saat kehidupan baru dimulai, momen yang seharusnya menjadi kegembiraan dibayangi oleh kematian dan kehancuran, kengerian dan ketakutan,” kata Kanem.
Sima Bahous, kepala dari UN Women, badan PBB yang bergerak pada pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, mengatakan bahwa anak perempuan dan perempuan dewasa menghadapi bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut Bahous, 67 persen korban tewas di Gaza sejauh ini adalah perempuan dan anak-anak. “Itu berarti dua ibu terbunuh setiap jam dan tujuh perempuan setiap dua jam,” katanya.
“Kami telah menyaksikan enam rangkaian kekerasan di Gaza dalam 15 tahun terakhir, namun keganasan dan kehancuran yang terpaksa dialami oleh rakyat Gaza di bawah pengawasan kami, telah mencapai intensitas yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” katanya.